Tersebutlah beberapa mahasiswa yang mendata diri mereka sebagai man of the politican right yang selalu menyuarakan suara kebenaran untuk bidang politik daerah. Para Walet ini merasa kalau otonomi daerah tidak membuat kemajuan berarti, malah menjadikan budaya korupsi merajalela. Banyak kasus korupsi tidak teridentifikasi dan tidak tergubris hukum. Jangankan uang 1,6 milyar yang menyangkut kasus tanah di Jogja, yang 18 milyar pun tidak di apa-apakan.
Mereka, man of the politican right saat ini bersarang di Jogjakarta. Beberapa waktu lalu berusaha bersua dengan elite politik daerah, sekedar menyalurkan suara burungnya ketanah asal Ketapang yang katanya Bupati itu tidak tergantikan dan tidak pernah Korupsi.
Mereka, man of the politican right saat ini bersarang di Jogjakarta. Beberapa waktu lalu berusaha bersua dengan elite politik daerah, sekedar menyalurkan suara burungnya ketanah asal Ketapang yang katanya Bupati itu tidak tergantikan dan tidak pernah Korupsi.
Apa yang terjadi dengan suara para wallet itu? Mereka mencoba berkoar-koar mengangkat kasus Tanah senilai 1,6 milyar rupiah yang dibeli oleh Pemda melalui DPRD Ale-ale dengan para pejabat kota Gudeg. Para pejuang wallet ini rela terbang mengarungi lautan biru menembus laut jawa melintas semak belukar Kalimantan dan apa yang terjadi. Sayang usaha tetes liur dipatuk mereka tidak menghasilkan apa-apa.
“Waktu itu kamek sempat demo kecik, dan adu argumentasi dengan beberapa anggota dewan kehormatan, namun konsesus bersama tidak didapatkan”. Merasa tidak membuahkan hasil yang katanya akan ditindaklanjuti beberapa bulan kemudian. Para wallet ini kembali kesarang di Kota Gudeg.
Mereka, para wallet lanjut menyuarakan kasus tanah untuk asrama tersebut dikota pelajar itu. Dan sempat gontok-gontokan dengan oknum mahasiswa disarang wallet yang ternyata mendapatkan beberapa rupiah dana yang waktu itu mengalir kerekening mereka sebagai uang pelicin dan penutup patuk mereka supaya tidak berkoar-koar.
Lagi-lagi para wallet baik hati ini harus menerima kenyataan bahwa struktur korupsi ditanah dewan kota asal tidak bisa digubris. Perjuangan mereka kandas lagi. Rencana mendirikan asrama, tinggal rencana. Ya biarlah… hanya Tuhan dan staf-stafnya yang tahu, semoga mereka diterima disisinya. Amien, keluh para wallet baik hati ini menyerahkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa.
Sumber, Orang Kritis yang Tidak Diketahui.
No comments:
Post a Comment