Friday, January 26, 2007

Bencana dan Derita Rakyat

Oleh Petrus Kanisius

Rentetan Peristiwa dan Bencana tidak henti mendera negeri ini, dimulai dari hilangnya Pesawat, karamnya Kapal Motor bencana Tanah longsor, Gempa Bumi, Lumpur panas, banjir, Flu Burung yang hingga sekarang semakin memprihatinkan, dan masalah-masalah sosial lain tidak kunjung usai untuk ditangani. Ratusan korban jiwa tak berdosa melayang oleh hal tersebut (peristiwa dan bencana-Red). Mungkinkah ini menjadi ujian dari Yang Maha Kuasa?. Apakah ini karena dosa dan perbuatan manusia sehingga cobaan-cobaan terus menerus datang seolah tidak tiada henti.

Realita Peristiwa, seakan kita diharuskan menghadapi kenyataan ahit dan berfikir bagaimana langkah untuk bertindak. Permasalahan Sosial Masyarakat seakan tidak mau kalah bersaing, carut marut masalah ekonomi, angka kemiskinan semakin meningkat tajam. Bangsa ini seolah tidak memiliki arah yang pasti.

Pemerintah mencoba menaikan gaji para anggota DPRD, ini kenyataan yang sangat bertolak belakang dengan kondisi masyarakat bawah saat ini. Segala persoalan dan permasalahan tanpa ada titik temu kearah penyelesaian. Hidup memang tidak lepas dari tantangan dan permasalahan, yang kapan saja siap menghadang didepan kita. Namun apakah kita terus diam dan enggan untuk bertindak? Untuk bahan pertimbangan, ada baiknya kita bersama secara bahu-membahu untuk bersama-sama maju dan mengambil langkah terbaik.

Sangat ironis memang kalau kita mencermati rencana kenaikan gaji DPRD ini, ditengah masyarakat yang sedang menderita, justru wakil rakyat yang katanya pengayom rakyat mengambil kesempatan dalam kesempitan. Menuai kebanjiran Job dengan kenaikan tunjangan.

Dertita rakyat adalah derita kita semua, memang sungguh menjadi problem yang sangat sulit untuk diselesaikan secara sepihak, akan tetapi berkaca pada realita sekarang yang bertolak belakang, rakyat mulai bosan dengan seribu janji-janji manis dari para wakilnya. Wajar jika publik dan elemen masyarakat peduli (Aktivis Pembela Rakyat) akan masyarakat bawah berani untuk bersuara tentang keadaan bangsa.

Ibarat peribahasa -hidup segan mati tidak mau-, rasa saling menghormati, toleran terhadap sesama, persatuan dan persaudaraan sudah tidak berlaku lagi. Tindakan kekerasan, kerusuhan, saling mempropokasi, konflik terjadi secara tiba-tiba tak kunjung usai. Cerminan kepemimpinan dan tindakan nyata para tokoh bangsa ini tidak lagi membuat masyarakat negeri ini percaya begitu saja.

Bagaimanakah tindakan terbaik untuk menyelesaikan semua ini?, jawabannya dengarlah suara Rakyat dan bertindak, kita tunggu saja apa yang diperbuat semoga bangsa ini tetap satu untuk membangun negri ini.

Penulis: Mahasiswa Ilmu Komunikasi, STPMD-APMD-Yogyakarta.
Pemerhati Masalah Sosial, Wartawan majalah Betang. Asal Sekatap-KalBar.

No comments:

Blog Archive